Beranda | Artikel
Belajar Bahasa Arab [9]
Sabtu, 8 Oktober 2016

Program Belajar Kaidah Bahasa Arab 1 Bulan

Bismillah.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, Alhamdulillah pada kesempatan ini kita bertemu kembali dalam pelajaran bahasa arab dasar. Pada bagian sebelumnya sudah kita bahas tentang kapakan suatu isim harus dibaca marfu’. Diantaranya adalah apabila ia menempati kedudukan sebagai fa’il/pelaku dan sebagai naa-ibul fa’il/pengganti pelaku.

Berikutnya, kita masih membahas isim-isim yang marfu’. Diantaranya adalah mubtada’ dan khobar. Mutbada’ harus dibaca marfu’, demikian pula khobar. Mubtada’ adalah isim yang diterangkan, sedangkan khobar adalah yang menerangkan.

Misalnya dalam kalimat ‘al-kitaabu jadiidun’ الكتاب جديد artinya ‘buku itu baru’. Kalimat ini terdiri dari dua bagian; mubtada’ dan khobar. Mubtada’ nya adalah kata ‘al-kitaabu’ الكتاب sedangkan khobarnya adalah ‘jadiidun’ جديد. Mubtada’ harus marfu’ demikian pula khobar. Oleh sebab itu kedua kata ini diakhiri dengan dhommah, bukan fat-hah atau kasroh. Sehingga tidak boleh dibaca ‘alkitaaba jadiidan’ الكتاب جديداً atau ‘al-kitaabi jadiidin’ الكتاب جديد. Yang betul adalah ‘al-kitaabu jadiidun’ الكتاب جديد ; kedua kata ini akhirannya marfu’.

Hukum asalnya mubtada’ harus ma’rifat (sudah tertentu, dengan alif lam atau berupa nama) sedangkan khobar berupa isim nakiroh (masih umum, belum tertentu, tanwin). Oleh sebab itu dalam contoh tersebut kata al-kitaabu الكتابdiawali dengan alif lam, sedangkan jadiidun جديد tidak diberi alif lam. Isim ma’rifat adalah isim/kata benda yang menunjukkan sesuatu yang sudah tertentu, salah satu cirinya diawali dengan alif lam, misalnya ‘al-kitaab’ artinya ‘buku itu’, al-ustadz artinya ‘ustadz itu’. Kalau dalam bahas Ingrris misalnya kita mengenal penggunaan kata’ the’ misalnya ‘the book’; ini ma’rifat.

Apabila dua-duanya ma’rifat atau keduanya sama-sama nakiroh maka itu bukan mubtada’ khobar misalnya kita katakan ‘kitaabun jadiidun’ artinya ‘buku yang baru’, atau ‘al-kitaab al-jadiid’ الكتاب الجديد artinya ‘buku yang baru itu’; sudah tertentu. Kata yang di depan adalah kata yang disifati sementara kata sesudahnya adalah sebagai sifatnya. Al-kitaab الكتاب yang disifati dan al-jadiid الجديد sebagai sifatnya. Sifat mengikuti yang disifati dalam hal I’robnya. Apabila yang disifati marfu’ maka sifatnya juga marfu’.

Misalnya kita ubah menjadi ‘kitaban jadiidan’ كتاباً جديداً nah dalam susunan ini keduanya sama-sama dibaca manshub atau diakhiri fathah; karena sifat mengikuti yang disifati. Karena kitaaban كتاباً manshub maka jadiidan جديداً juga dibaca manshub. Begitu pula misalnya jika kitaab dibaca majrur –yaitu dibaca menjadi kitaabin– maka sifatnya yaitu jadiid juga dibaca majrur; menjadi kasroh akhirannya ‘jadiidin’. Jadi intinya sifat –disebut juga na’at- harus mengikuti I’rob kata yang disifati (man’uut).

Berbeda dengan mubtada’ dan khobar; karena mubtada’ dan khobar harus selalu marfu’. Alhamdulillah mudah-mudahan pembahasan kita kali ini bisa dipahami dengan baik. Perlu diingat pula bahwasanya marfu’ tidak selamanya diakhiri dhommah, karena ada juga marfu’ yang  tandanya berupa huruf alif seperti pada isim mutsanna, ada yang marfu’ dengan wawu seperti pada jamak mudzakkar salim. Ya. Silahkan dibaca lagi pelajaran sebelumnya, semoga bermanfaat.


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/belajar-bahasa-arab-bagian-9/